Koran Weekend

Ads 468x60px

Sabtu, 19 Januari 2013

jangan cuma bisa copas & copasus


Sreet…. Klik… klik… ctrl+c ctrl+v. begitulah budaya copas dan copasus menjamur. disini kami mengajak kamu sekalian untuk berfikir kembali jika kamu sedang mendapat tugas dari guru/dosenmu untuk membuat dan mengarang artikel dengan tema tertentu.
         Apakah yang biasanya kamu lakukan jika kamu merasa malas dan tidak tahu cara mencari suatu tema yang pas?.  Apakah kamu akan meminta bantuan teman kamu untuk mencarikan tema atau yang lebih parahnya lagi kamu melakukan kopas ataupun kopasus..  Setalah kita melakukan survei kepada sebagian siswa tentang apa yang kita bahas pada harian siswa kali ini. Kita banyak menemukan fakta yang sangat unik tentang hal tersebut. Banyak dari mereka yang mengaku mengerjakan artikel tesebut dengan menggunakan cara copas(copy+paste) ataupun kopasus (copy paste ubah sedikit) dengan alasan tertentu seperti contoh: ada yang bilang males, sulit menentukan tema, dan lain sebagainya.
Jika kita telusuri lagi munculnya budaya copas dan capasus ditengarai dengan arus globalisasi yang memudahkan kita untuk mengerjakan suatu pekerjaan. Dan tanpa kita sadari, seolah-olah kita terbui dengan kecanggihan teknologi yang bukan hanya membawa dampak positif tapi juga membawa dampak negative yang perlu kita pertimbangkan.
Menurunnya kreatifitas siswa menjadi salah satu penyakit akut dari munculnya budaya copas ataupun copasus. Siswa tidak terdorong untuk menciptakan hal-hal baru ataupun inovasi-inovasi yang bermanfaat bagi nusa dan bangsa. Padahal di jaman yang serba modern ini inovasi adalh suatu hal yang mutlak kita miliki jika kita tidak mau menjadi bangsa yang hanya menjadi penonton dalam persaingan di dunia global.
  Badrus (17) siswa kelas XI pk mengatakan pernah melakukan copas ketika ada tugas dari guru untuk membuat makalah sabagai syarat pengambilan raport semester saat dia akan naik ke kelas XI. ”pas waktu dapet tugas dari guru langsungsaja tanya ke mbah google”. Kejadiaan tersebut sebenarnya bukan suatu hal yang WOOW gitu, mengingat bukan hanya segelintir siswa tetapi hampir seluruh siswa mengaku melakukan copas ataupun copasus ketika mendapat tugas dari guru mereka.
Ketika Tim harian siswa MANJ mencoba untuk melihat kegiatan jurnalistik, sebenarnya jurnalistik di manje sendiri sudah termasuk baik. Melihat, banyak sekali bulletin atau mahal-mahal yang di buat oleh siswa  yang di motori oleh program-program maupun dari kelas-kelas yang ada di MANJ. Tetapi, itu semua berbanding terbalik ketika kita melihat kegiatan pelatihan jurnalistik yang di programkan oleh OSIS MA Nurul Jadid. Sungguh memprihatinkan. Siswa yang ikut bisa dihitung sebelah tangan. Yang lebih parahnya lagi, terkadang tidak satupun siswa hadir di kelas yang di bimbing oleh bpk mawardi atau yang biasa kita kenal dengan pak wawank. Tak ayal, pak wawank di buat kecewa dan pulang kembali ke rumah.
Oleh karena itu. Penguasaan jurnalistik oleh siswa itu sendiri sangatlah  perlu. Mengingat turunnya kreativitas yang dimiliki oleh siswa perlu kita benahi dan kita evaluasi demi terbentuknya siswa yang kreatif dan berwawasan luas di zaman yang serba modern ini. Tanpa itu semua mungkin di masa depan nanti bangsa kita hanya menjadi bangsa yang konsumtif yang hanya bisa memakai, meniru, dan melihat bangsa orang lain.(rb/zn)

0 komentar:

Posting Komentar